Pertama-tama Roti MonAy mengucapkan
turut berduka atas efek yang ditimbulkan oleh erupsi Gunung Kelud; untuk
saudara-saudara kita yang ada di pengungsian di daerah Jawa Timur, untuk hujan
abu tebal yang mengguyur Jogja kemarin Jumat pagi, untuk petani yang harus panen
dini akibat sawahnya tersiram abu, dan
juga untuk warga daerah lain yang tidak dapat beraktivitas secara produktif seperti
biasa selama 2 hari terakhir ini.
![]() |
Sebagian kecil (sekali) pemandangan di suatu daerah di Jogja yang kabarnya berada 260 km jauhnya dari Gunung Kelud, Jumat 14/02/2014, siang |
Selama tinggal di Jogja,
ini adalah yang kedua kalinya admin merasakan imbas hujan abu, yang pertama
adalah pada tahun 2010 (erupsi Gunung Merapi), dan yang kedua adalah tahun 2014
ini (erupsi Gunung Kelud). Tahun 2010 yang lalu, admin tidak begitu merasakan
dampak hujan abu karena sempat mengungsi ke rumah sanak saudara di luar Sleman.
Tapi kali ini? Mau mengungsi kemana? Hampir setengah Pulau Jawa mendapat kiriman
abu dari Kelud. Baru admin rasakan pada saat yang kedua kalinya ini, bahwa
menjaga produktivitas di kala bencana (terutama bencana hujan abu) sangatlah
penting, mengingat begitu banyak pekerjaan yang masih menunggu untuk
diselesaikan sampai hari ini.
Ini adalah bencana, kita
semua tahu itu. Wajar apabila di saat-saat ini kita tidak melakukan apa-apa
alias menganggur di rumah, karena memang di jalanan masih ada begitu banyak abu
yang dapat membahayakan kesehatan. Jadi, kesimpulannya kita boleh
bersantai-santai di rumah? Tidak juga.
Tinggal di dalam rumah memang identik dengan minimnya pekerjaan yg dilakukan, tapi yang perlu diingat adalah waktu akan terus berjalan apapun kondisi yang kita alami. Tapi apa yang bisa kita lakukan di saat-saat seperti ini?
Sedari kemarin sudah banyak yang berharap semoga hujan deras segera mengguyur seluruh daerah Jogja, namun ternyata Tuhan berkehendak lain. Nyatanya sampai detik ini, belum seluruh Jogja merasakan air hujan yang dinanti-nanti. Masih banyak warga yang harus bergelut dengan tebalnya abu vulkanik, begitu banyak warga Jogja yang harus mengambil inisiatif lebih dulu untuk mengeruk timbunan abu di halaman rumahnya. Lantas kita? Bagaimanakah sikap kita hari ini? Masih mengeluhkah?
Tidak ada gunanya mengeluh. Kalau kita mengeluh, justru kita harus merasa malu pada warga di sekitar Gunung Kelud yang merasakan kerugian lebih dari kita. Apa yang kita alami di Jogja mungkin belum seberapa dengan penderitaan mereka. Lagipula kita tahu bahwa ini adalah bencana, jadi siapa yang tahu akan terjadi seperti ini?
Jika sampai saat ini kita masih belum melakukan apa-apa, segera singsingkan lengan bajumu untuk bergerak. Mulailah dengan membersihkan kamar, lalu rumah, kemudian sekitar rumah. Kalau itu sudah dilakukan dan mau membantu yang lain, kita bisa bersama-sama membersihkannya (mungkin membersihkan sekolah, fasilitas umum, kantor/tempat kerja, dll). Jika sudah selesai, segera bersihkan tubuh dengan air dan tetap tutup pintu/jendela supaya abu tidak mudah beterbangan ke dalam ruangan. Baju yang tadi digunakan sewaktu bersih-bersih pun sebaiknya tidak digunakan lagi (segera dicuci).
Hal lain yang dapat
dilakukan di saat-saat seperti ini adalah tetap mengerjakan tugas yang bisa
dikerjakan di rumah, baik itu tugas dari sekolah/kampus maupun tempat kerja.
Mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci dan menyetrika pun tetap bisa
dilakukan. Tapi yang perlu diperhatikan adalah tempat jemuran. Apabila memang
harus mencuci, pastikan cucian dijemur di dalam rumah, asal tidak mengganggu
aktivitas di dalam rumah. Jika tidak ada tempat jemuran di dalam rumah yang
terlindung dari abu vulkanik yang beterbangan dari luar, lebih baik urungkan
dulu niat untuk mencuci.
Apabila kita sangat perlu
untuk bepergian keluar rumah dengan sepeda motor, jangan lupa untuk menggunakan
masker dan pastikan helm yang digunakan ada kacanya, jika perlu gunakan jas
hujan untuk melindungi tubuh dari abu. Dan jika sudah sampai tujuan atau
kembali pulang ke rumah/kos, segera bersihkan diri, setidaknya cuci tangan,
kaki dan muka.
Berikutnya yang perlu
untuk kita jaga adalah asupan air minum ke dalam tubuh. Ini mungkin terdengar
sepele, namun tetap menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Jangan lupa untuk
minum 8 gelas air perhari.
Nah, hal lainnya yang
bisa dilakukan selain menghabiskan waktu dengan menonton televisi di rumah
adalah memberikan sumbangan untuk korban bencana erupsi Gunung Kelud. Banyak
yang menyediakan wadah sumbangan/siap menyalurkan sumbangan berupa barang
kebutuhan sehari-hari dan uang. Akan tetapi penyalur sumbangan juga harus
diketahui secara jelas asalnya, apakah dari lembaga/komunitas/perseorangan dan
kapan akan disalurkan. Hal ini semata-mata untuk mengantisipasi terjadinya penipuan.
Dan apabila besok sudah turun hujan, para pengendara kendaraan bermotor harus
ekstra hati-hati, karena air hujan yang bercampur dengan abu vulkanik bersifat
sama dengan lumpur, yaitu licin.
Demikian sharing dari
admin Roti MonAy. Kiranya dengan adanya sharing ini dapat menginspirasi kita
bahwa bencana bukanlah alasan bagi kita untuk terus bermalas-malasan. Jagalah
diri tetap produktif dan jangan lupa untuk membantu saudara-saudara kita di
pengungsian erupsi Gunung Kelud dan Sinabung.
"Bencana mungkin memperlambat aktivitas kita, namun bukan berarti kita bisa terus berdiam diri tanpa melakukan apa-apa"
Iya, silakan kak.
ReplyDeleteMakasih juga buat infonya :)